Advertisement

Kamis, 14 April 2011

Kerajaan Tarumanegara

Berdirinya kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat hampir bersamaan dengan kerajaan Kutai. Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (352-395).

Kata Taruma berhubungan dengan katak tarum berarti nilai atau biru. Sampai sekarang nama taruma masih digunakan sebagai nama ganti sungai, yaitu sungai Citarum (ci=sungai).

Maharaja Punawarman adalah raja Tarumanegara yang ketiga (395-434 M). Ia membangun ibu kota kerajaan baru pada tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai. Ibu kota baru itu bernama Sundapura. Menurut prasasti Tugu pada tahun 417, Punawarman memerintahkan penggalian sungai Gomati dan Candrabaga sepanjang 6112 tombak (sekitar 11km). Ia berhasil membawa Tarumanegara menjadi kerajaan besar. Kekuasannya membentang dari daerah Bekasi di timur sampai ke Banten Selatan di barat.

Prasati-prasasti lain yang menceritakan Kerajaan Tarumanegara:
1. Prasasti Ciaruteun
2. Prasasti Kebon kopi
3. Prasasti Jambu (Pasir Koleangkak)
4. Prasasti Cidanghiang (Munjul)
5. Prasasti Awi (Muara Ciaten)

Dari isi beberapa prasasti tersebut disimpulkan bahwa :
Punawarman menganut agama Hindu Waisnawa (Aliran pemuja dewa Wisnu). Adapun menurut Fa-Hien yang tiba di To-lo-mo pada abad ke-7 M diterangkan bahwa agama yang dianut masyarakat Tarumanegara adalah Hindu, Budha, dan animisme-dinamisme

Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai atau Kerajaan Kutai Martadipura (Martapura) merupakan kerajaan Hindu yang berdiri sekitar abad ke-4 Masehi di Muara Kaman, Kalimantan Timur. Kerajaan ini dibangun oleh Kudungga. Diduga ia belum menganut agama Hindu.

Peninggalan terpenting kerajaan Kutai adalah 7 prasasti yupa, dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Prasasti yupa berupa tiang-tiang batu untuk mengikat hewan kurban. Salah satu yupa mengatakan bahwa, "Maharaja Kudungga mempunyai seorang putra bernama Aswawarman yang disamakan dengan Ansuman (Dewa Matahari). Aswawaman mempunyai 3 orang putra, yang paling terkemuka adalah Mulawarman.

Mulawarman merupakan raja termasyur Kutai. Ia pernah menyedekahkan 20.000 ekor lembu kepada para brahmana. Untuk memperingati hal itu, para brahmana mencatatnya dalam prasasti yupa. Salah satu prasasti juga menyebut kata Waprakeswara yaitu tempat pemujaan terhadap Dewa Syiwa.

Perkembangan Kerajaan Hindu Budha di Indonesia

Bukti tertua adanya pengaruh India di ndonesia adalah ditemukannya arca Budha dari perunggu di Sempaga, Sulawesi Selatan. Arca ini berlanggam seni arca Ammarawati, India Selatan. Arca sejenis juga ditemukan di Jember, Jawa Timur, dan di daerah Bukit Siguntang, Sumatera Selatan. Perkembangan Kebudayaan India di Indinesia juga ditunjukkan pula oleh adanya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu Budha.

Berikut ini kerajaan-kerajaan Hindu Budha yang ada di Indonesia :
a. Kerajaan Kutai
b. Kerajaan Tarumanegara
c. Kerajaan Sriwijaya
d. Kerajaan Mataram
e. Kerajaan Kediri
f. Kerajaan Singasari
g. Kerajaan Majapahit

Teori masuknya Hindu-Budha di Indonesia

Adanya hubungan dagang antara Indonesia dengan India berpengaruh besar terhadap masuknya budaya Hindu-Budha ke Indonesia. Agama Budha disebarluaskan ke Indonesia oleh para Biksu, sedangkan mengenai pembawa adama Hindu ke Indonesia sejarawan mengemukakan teori sebagai berikut :

a. Teori Brahmana
Dengan melihat unsur-unsur budaya India yang berpengaruh ke Indonesia, J.C. van Leur  mengutarakan bahwa kaum brahmana sangat berperan dalam penyebaran agama dan kebudayaan Hindu ke Indonesia. Mereka datang atas undangan para penguasa Indonesia. Kaum brahmana diundang ke Indonesia untuk melakukan upacara khusus menjadikan seseorang menjadi pemeluk Hindu yang disebut vratyasoma.

b. Teori Ksatria
Teori ini dikemukakan oleh F.D.K. Bosch. Ia menyatakan bahwa adanya raja-raja dari India yang datang menaklukan daerah-daerah tertentu di Indonesia telah mengakibatkan penghinduan penduduk setempat. Terhadap teori ksatria, van Leur mengajukan keberatan. Menurutnya, jika memang raja-raja India pernah menaklukan daerah di Indonesia, maka hal itu akan dicatat dalam sumber-sumber sejarah baik di India maupun di Indonesia. Raja-raja India biasanya membangun sebuah tugu kemenangan yang disebut jayastamba.


c. Teori Waisya
Menurut N.J. Krom, golongan pedagang dari kasta waisya merupakan golongan terbesar yang dtang ke Indonesia. Mereka menetap di Indonesia dan kemudian memegang peran penting dalam proses penyebaran kebudayaan India.









d. Teori Sudra
Teori ini menyatakan bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kasta sudra. Mereka datang ke Indonesia dengan tujuan mengubah kehidupan karena di India mereka hanya hidup sebagai pekerja kasar dan budak.

e. Teori campuran
Teori ini beranggapan bahwa baik kaum brahmana, ksatria, para pedagang, maupun golongan sudra bersama-sama menyebarkan agama Hindu ke Indonesia sesuai dengan peran masing-masing.